News
Tangkal Isu Hoax, APJII Sarankan Masyarakat Tingkatkan Literasi Digital
Benua Etam
Foto: Sekretaris Jenderal APJII, Zulfadly Syam, saat diwawancarai awak media. (Ist)
968kpfm, Samarinda - Peredaran informasi hoax masih menjadi masalah utama bagi masyarakat di Indonesia, khususnya wilayah Kaltim. Tidak jarang masyarakat masih mudah terpengaruh ataupun terhasut dari sebuah informasi yang belum dipastikan kebenarannya.
Mengacu pada data Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) Pusat, penyebaran hoax di Kaltim terhitung masih tinggi. Sekretaris Jenderal APJII, Zulfadly Syam mengutarakan, kategori berita hoax tertinggi pada 2024 di Benua Etam berasal dari isu politik dengan persentase 48,44 persen.
"Dari tiga teratas, isu politik berada di nomor satu. Kedua hoax mengenai keagamaan dengan persentase 43,75 persen. Sementara kejahatan dan infotainment ada di peringkat ketiga dengan 29,69 persen," ungkap Zulfadly.
Berdasarkan kategori dari isu hoax tersebut, informasi yang tidak sebenarnya itu kerap muncul pada platform media sosial dengan persentase 93,75 persen. Kemudian informasi hoax juga sering muncul pada aplikasi pesan instan atau media chat dengan persentase 37,50 persen, serta situs berita dengan persentase 25 persen.
"Kalau platform yang sering ditemukan adanya penyebaran hoax ada di media sosial, media chat dan situs berita," sebutnya.
Berkaca dari permasalahan tersebut, Zulfadly memberi pesan kepada masyarakat untuk kritis dalam menerima informasi dengan cara tidak mudah percaya dengan sebuah informasi, melakukan verifikasi pada informasi yang diterima, serta tidak menyebarkan informasi yang belum tentu kebenarannya.
"Yang paling penting, kami mengajak masyarakat terus meningkatkan literasi digital agar tanggap menghadapi hoax, serta meminta masyarakat tidak menghabiskan waktu mencari sumber hoax. Karena lebih baik meningkatkan literasi digital kita," tandasnya.
Penulis: Fajar
Editor: Maul