News
Lahan Luas, Ilmu Minim, Salehuddin Desak Transformasi SDM Pertanian Kaltim
Advertorial
Foto: Anggota Komisi I DPRD Kaltim, Salehuddin. (Dok)
968kpfm, Samarinda - Kaltim kerap disebut sebagai daerah dengan potensi pertanian dan perkebunan yang luar biasa. Namun di balik luasnya lahan dan limpahan sumber daya alam (SDA), sektor ini justru menghadapi krisis yang tak kasat mata, yakni krisis sumber daya manusia (SDM).
Anggota Komisi I DPRD Kaltim, Salehuddin, menilai bahwa kebijakan pembangunan sektor pertanian masih terlalu terpaku pada infrastruktur dan distribusi bantuan fisik, tanpa menyentuh inti persoalan, yaitu kapasitas dan kesiapan petani sebagai pelaku utama.
“Kita ini selalu bicara bibit, pupuk, alat. Tapi siapa yang mengelola? Kalau petaninya tidak disiapkan, semua itu hanya jadi tumpukan program tanpa hasil,” sebut Salehuddin.
Politisi Partai Golkar ini menekankan bahwa ketahanan pangan tidak bisa dicapai tanpa investasi jangka panjang dalam pengembangan SDM pertanian, mulai dari pelatihan teknis, akses teknologi, manajemen usaha tani, hingga dukungan riset.
“Pertanian bukan lagi soal cangkul dan musim. Ini sudah era data, presisi, dan strategi. Petani harus kita dorong jadi pelaku ekonomi, bukan hanya buruh lahan,” lanjutnya.
Menurut pria yang akrab disapa Saleh itu, fokus pembangunan yang terlalu materialistik membuat sektor pertanian jalan di tempat. Tanpa penguatan SDM, peluang ekspansi pasar, peningkatan produksi, dan efisiensi usaha hanya akan jadi wacana.
“Kalau SDM-nya berkembang, produksi naik, petani bisa berinovasi. Kalau tidak, ya tetap saja jual hasil panen murah, hidup pas-pasan, tergantung cuaca,” ungkap legislator dapil Kukar ini.
Oleh sebab itu, Salehuddin mengajak seluruh pemangku kepentingan, termasuk perguruan tinggi dan pelaku usaha, untuk membangun ekosistem pertanian berbasis pengetahuan. Ia menilai bahwa penguatan SDM tidak bisa dilakukan sendiri oleh pemerintah.
Ia juga berharap pemerintah daerah mulai mengubah pendekatan pembangunan sektor pertanian dari bantuan ke pemberdayaan.
“Jangan cuma bangga bilang Kaltim punya potensi. Tapi strategi kita lemah. Masa depan daerah ini ada di desa, dan petani adalah garda depannya. Kalau kita masih pakai pola lama, kita akan terus tertinggal,” tegasnya.
Penulis: Fajar
Editor: Maul