Lifestyle
Bocah Asal Samarinda Ukir Prestasi, Bercita-cita Jadi Penjaga Gawang Timnas
Inspiratif
968kpfm, Samarinda - Muhammad Gibran Istiqlal, pemuda asal Samarinda meraih prestasi memukau. Ia berhasil menembus skuad Tim Elite Pro Academy (EPA) Rans Nusantara FC U-16.
Kesempatan itu didapatnya setelah menembus dua tahap penjaringan bakat yang digelar klub milik selebritas Raffi Ahmad tersebut. Untuk diketahui, seleksi tersebut berlangsung di dua daerah, Lampung, Sumatera Selatan, dan Jawa Timur.
Torehan yang tidak disangka Gibran. Ia sempat minder lantaran melihat betapa ketatnya seleksi yang digelar klub berjuluk The Prestige Phoenix tersebut. Bahkan ia terkejut saat mendapat kabar dinyatakan lolos pada seleksi tahap akhir.
Belum lagi bicara soal jarak. Berangkat dari Samarinda tentu membutuhkan kesiapan lebih dari sisi finansial. Beruntung, kedua orangtuanya, Is Wahyudi dan Bibit Susilowati sangat mendukung perjuangan pemain 15 tahun tersebut. Akhirnya, pada medio Januari, dia bertolak ke Surabaya.
“Setelah lolos dari Jatim, saya pulang dulu (ke Samarinda). Baru lanjut seleksi kedua, berangkat lagi (ke Lampung), itu Agustus kemarin (2023),” kata siswa kelas X SMK Medika Samarinda itu.
Gibran menjajal seleksi setibanya di Lampung. Bersama lebih 30 remaja lainya, ia dinyatakan lolos. Mereka akan mengikuti pengukuhan tim EPA U-16 RANS Nusantara FC di Yogyakarta, pertengahan bulan ini.
Mengenai kunci keberhasilannya merebut tempat di skuad EPA U-16 RANS Nusantara FC, dia menjawab bahwa disiplin latihan adalah jawabannya. “Dan istirahat teratur,” imbuhnya.
Latihan ketat tentu bukan hal baru bagi Gibran. Karena sejak delapan tahun, remaja yang memilih posisi sebagai penjaga gawang itu mendapat dukungan penuh dari orang tuanya. Selain dimasukan ke klub sepak bola lokal, Gibran juga disekolahkan hingga ke Kota Malang, Jatim.
“Waktu (Gibran) SMP, kami masukan dia di sekolah ASIFA (Aji Santoso International Football Academy). Di sana juga ada sekolah bolanya. Jadi dia bisa fokus. Sekolahnya jalan, sepak bolanya juga jalan,” ucap Is Wahyudi, menceritakan kisah Gibran.
Terlebih, untuk memaksimalkan bakat sang anak, Gibran pun diikutkan ke Sekolah Sepak Bola (SSB) Friend Samarinda. Hingga Gibran beranjak remaja dan masuk di SMP Negeri 22 Samarinda.
Hanya berselang 6 bulan, pendidikan formal dan pengembangan bakat Gibran kemudian ditempa di Aji Santoso International Football Academy (ASIFA), Malang.
“Waktu (Gibran) SMP, kami masukan di sekolah ASIFA (Malang). Di sana itu juga ada sekolah bolanya. Jadi dia bisa fokus. Sekolahnya jalan, sepak bolanya juga jalan,” ucap Is Wahyudi, ayah Gibran.
Selama di ASIFA, Iis (sapaan karib Is Wahyudi) menyebut kalau perkembangan bakat anak semakin terasah. Karena selama di Kota Malang, Gibran rutin mengikuti sejumlah kompetisi bola dari berbagai tingkatan.
“Kemarin itu sempat jadi runner-up di Piala Soeratin zona Malang tahun 2021,” tuturnya.
Karir sepak bola Gibran kembali mendapat prestasi setelah lulus dari sekolah ASIFA Malang. Gibran selanjutnya kembali mengikuti kompetisi Badan Liga Sepak Bola Pelajar Indonesia (BLiSPI) di Kabupaten Gresik, Jatim.
Meski tak meraih juara, pada kompetisi itu Gibran bersama teman-temannya mampu membawa nama Kaltim hingga ke putaran 16 besar.
“Pas SMK balik ke sini (Samarinda). Gabung ke Akademi RMK Utama, terus ikut kompetisi lagi. Bersama RMK Utama, dia (Gibran) Juara 1 Liga Top Skor se-Kaltim,” ucap Iis lagi.
Sukses memboyong juara 1 Liga Top Skor se-Kaltim bersama Akademi RMK Utama, kini karir sepak bola Gibran kembali moncer setelah lolos dua tahap seleksi dari EPA U-16 RANS Nusantara. Hal tersebut tentu membuat Iis dan istri begitu bahagia dan bangga atas raihan prestasi anaknya.
“Bahagia itu pasti. Bahkan semua keluarga, teman-teman semua ikut bahagia. Nda sia-sia prosesnya,” kata Is penuh bangga.
Dengan bakat dan raihan prestasi yang telah didapat anaknya, Iis tentu semakin yakin untuk terus mendorong Gibran untuk mengasah potensinya.
“Kami sebagai orang tua mendukung penuh kegiatan anak. Apalagi dia memang bercita-cita menjadi pemain sepak bola level nasional hingga di level internasional,” dukungnya.
Selain orang tua, pihak sekolah mendukung penuh hobi Gibran. Suport SMK Medika Samarinda terhadap karir Gibran bukan tanpa alasan.
Sebab di era informatika saat ini, dunia pendidikan yang menganut kurikulum Merdeka Belajar sudah seharusnya memberi dukungan penuh pada potensi pengembangan karakter anak.
“Dalam kurikulum Merdeka Belajar ini akademik anak-anak cuman 30 persen. Lalu 70 persen sisanya itu pada penguatan karakternya. Jadi kalau prosesnya di luar, ya penilaiannya juga di luar. Ketika sudah ahli bola, logikanya, pembelajaran matematika, kimia dan fisikanya itu ada di kakinya, bukan di kepala,” tegas Kepala Sekolah SMK Medika Samarinda, Mus Muliadi.
Selain memberi dukungan penuh, kepada media ini Mus Muliadi juga mengaku turut senang dan bangga atas keberhasilan Gibran yang sukses menembus seleksi Tim EPA U-16 RANS Nusantara FC.
“Yang pasti pesan saya, jangan ingat sekolahnya. Sepanjang ada berpotensi di bidang bola seperti Gibran, yang harus diingat adalah bagaimana bola mu bisa bagus, bisa berprestasi, dan bisa menghasilkan kemandirian,” tandasnya.
Foto: Muhammad Gibran Istiqlal yang punya angan menjaga gawang timnas Indonesia. (Istimewa)
Penulis: Maul