News
Kecintaan Terhadap Etnik Kaltim Membawa Hesandra Indonesia Jadi UMKM Go International
Cerita Unik
Foto: Pemilik Hesandra Indonesia Fanti W Nurvita saat memperkenalkan kain batik khas Kaltim di acara KKI Seri 1 dan Akademi Ekspor 2021.
968kpfm, Samarinda - Sejak tahun 2008, Fanti W Nurvita telah merintis usaha di bidang kerajinan khas Provinsi Kaltim. Usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) yang didirikannya itu bernama Hesandra Indonesia.
Produk-produk yang dijajakannya meliputi kain batik, baju, tas, hingga masker. Kemudian ada pernak-pernik dekorasi rumah seperti kotak tisu dan lilin, taplak meja, sampai sarung bantal.
Satu hal yang membuat usaha Fanti menarik adalah corak Kaltim yang diletakkannya pada setiap produk. Kesukaannya terhadap hal-hal berbau etnik khas Borneo jadi cikal bakal Hesandra Indonesia. Dari sekedar berjualan, kemudian mempelajari arti filosofis setiap ragam kebudayaan.
"Awalnya usaha ini terbentuk dari keprihatinanku sebagai pendatang. Waktu itu suami kebetulan dinas di Kaltim, Samarinda. Sebagai orang yang telah menetap di sini, aku ingin memberikan tamu dari luar oleh-oleh menarik khas Kaltim," ucap wanita keturunan Kutai-Semarang itu.
Fanti bercerita, ide memadukan motif asli Kalimantan dengan pola modern dia temukan di berbagai kesempatan. Bahkan, dia kerap berdiskusi dengan siapa saja. Termasuk kepala adat dari suku-suku yang ada di Kaltim.
"Membuat sesuatu dengan elemen budaya itu filosofinya harus benar. Caranya adalah ketemu langsung dengan pembuatnya. Kepala suku atau adat biasanya melihat karyaku dan memberi masukkan. Sehingga tercipta karya kontemporer," terangnya.
Meski begitu, Fanti mengaku tak punya latar belakang desainer atau penjahit. Dia adalah insinyur teknik perencanaan wilayah kota. Namun semangatnya mengeksplor beraneka tradisi di Kalimantan mendorongnya untuk terus berkarya.
"Aku belajar sama penjahitnya, yang mendasarinya aku suka yang berbau etnik. Ingin selalu bikin yang baru. Baru mengerti Kaltim itu sangat luar biasa. Banyak hal yang bisa diangkat sebagai motif. Tidak hanya Dayak saja, ada Kutai dan Banjar, pasti budayanya beda-beda. Nah itu yang aku eksplor," dia melanjutkan.
Fanti pun melewati bermacam liku-liku dalam memprakarsai Hesandra Indonesia. Dia ingat, gerai pertamanya ditempatkan di dalam rumah di ruang tamu keluarga. Lalu menyewa sepetak lapak di sebuah mal. Sampai akhirnya dia memberanikan diri membuat outlet yang berlokasi di Jalan Ir Juanda.
Hadir di KKI Seri 1 dan Akademi Ekspor Kaltim 2021
Pada medio Maret 2021 lalu, Fanti memamerkan produk-produk Hesandra Indonesia dalam gelaran besutan Bank Indonesia (BI) bertajuk Karya Kreatif Indonesia (KKI) Seri 1 dan Akademi Ekspor Kaltim 2021.
Dalam acara itu, Hesandra Indonesia menawarkan produk andalan mereka. Mulai masker yang bernilai Rp 30 ribu hingga kain batik berkualitas tinggi, yang dibanderol sebesar Rp 7.500.000.
Hesandra Indonesia telah menjajal pasar global. Di tahun 2020 lalu, apa yang Fanti terwujud, dengan menampilkan produknya di mata dunia.
"Lewat bantuan sponsor kami telah memasarkan produk berupa masker di negara lain lewat kegiatan fashion week. Waktu itu di Jepang tepatnya di Nagoya dan Tokyo. Kemudian di Amerika Serikat di Philadelphia dan Atlanta," sebutnya.
Pencapaian itu tak membuat dirinya untuk berhenti belajar. Di kegiatan Akademi Ekspor Kaltim 2021, Fanti berharap dapat mengetahui segala hal tentang mekanisme ekspor. Sehingga produk khas Kalimantan yang dijualnya dapat bersaing dengan produk dari negara lain.
"Selama berkarya, pencapaian tertinggi itu dapat diterima masyarakat. Bisa meramaikan fashion week di luar negeri itu bonus," tandasnya.
Tentang Akademi Ekspor 2021
Dalam Akademi Ekspor 2021 ini, BI Provinsi Kaltim menggandeng Balai Besar Pendidikan dan Pelatihan Ekspor Indonesia. Terdapat 60 UMKM dari bermacam jenis usaha yang mengikuti pendidikan. Acara tersebut terpusat di Mercure Hotel Samarinda, Jalan Mulawarman. Mulai 16-18 Maret 2021.
Akademi Ekspor Kaltim 2021 dibagi dalam dua kelas. Kelas pertama untuk peserta pemula yang membahas prosedur ekspor. Dan kelas kedua adalah pelaku UMKM yang sebagian besar telah ikut di kegiatan tahun lalu.
Kepala Kantor Perwakilan BI Provinsi Kaltim Tutuk SH Cahyono menjelaskan, BI akan mendampingi pelaku usaha agar mengetahui mekanisme ekspor yang baik. Sehingga produk-produk olahan UMKM asal Kaltim dapat bersaing di level internasional.
"Kami akan melihat mana yang betul-betul bagus. Programnya setahun penuh. Nanti ujungnya mereka bisa ekspor dalam berdagang," terangnya.
Dia menjelaskan, peserta tahun lalu berjumlah 30 UMKM. Sebagian besar peserta kembali mengikuti dengan tema Prosedur Ekspor. Sementara 30 peserta tahun ini belajar Bagaimana Memulai Ekspor atau BME.
"Ini juga upaya agar UMKM tidak hanya diterima pasar lokal, tapi internasional. Kuncinya daya saing. Meningkatkan kepercayaan diri, meningkatkan pengetahuan," pungkasnya.
Relevan dengan Program Pemprov Kaltim: 100 Eksportir Baru dari UMKM
Kepala Dinas Perindustrian, Perdagangan, dan Koperasi (Disperindagkop) UKM Kaltim Yadi Robyan Noor menyampaikan hal senada.
Dalam memenuhi target 100 eksportir baru di Kaltim, sinergitas adalah kunci utama. Maka dari itu, Pemprov Kaltim mengimbau perbankan dan pelaku UMKM bersatu memulihkan kembali ekonomi Benua Etam.
Bentuk ikhtiar yang telah dilakukan Pemprov Kaltim dalam meningkatkan kelas UMKM ini adalah membuat Perjanjian Kerjasama (PKS) dengan Direktorat Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan serta grup perhotelan Accor.
"Sebanyak 139 hotel menggunakan produk-produk hasil olahan UMKM," tuturnya.
"Kami mendorong UMKM agar naik kelas dan mandiri. Sehingga bisa menjadi pemenang bukan hanya lokal tetapi juga global," tutup pria yang akrab disapa Roby itu.
Penulis: Maul